Rabu, 07 November 2018

Embun di Atas Daun Maple (Sebuah Proses Pembelajaran)


Ada makna di balik Judul NOVEL.

Pemilihan judul menjadi hal yang tidak bisa dibilang remeh. Ia sebagai cerminan dari isi keseluruhan cerita. Seingat saya, saya sudah mengganti 2 kali judul novel ini sebelum akhirnya saya memberikan novel ini dengan Judul Embun di Atas Daun Maple. Pemberian judul novel ini pun baru saya dapatkan dan "klik" menjelang akhir-akhir menyelesaikan novel.

Lalu apa makna di balik Embun di Atas Daun Maple? Sederhana saja, daun maple adalah sebuah daun yang dijadikan lambang negara Kanada dimana saya ambil setting lokasi cerita disana. Sementara embun saya analogikan sebagai simbol kesejukan, kemurnian, krn tokohnya memberikan kesejukan dan pemurnian tentang Islam.

Proses Kreatif Penulisan NOVEL.

Novel ini telah melawati masa penulisan yang sangat panjang. Saya menulisnya pertama kali sejak tahun 2009 tepatnya di bulan September tanggal 9. Jika melihat sejarahnya, novel ini telah melalui metamorfosa yang sangat luar biasa terutama dari setting lokasi yang akhirnya saya ubah menjadi sedemikian rupa dan akhirnya saya memilih Saskatoon, Kanada, sebagai setting lokasi cerita.

Perubahan setting lokasi yang saya lakukan tersebut ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dari awal yang hanya mengangkat setting local, kini berubah drastis dengan setting lokasi lintas Negara. Dengan adanya perubahan setting lokasi otomatis terjadi perubahan dan penyesuaian besar-besaran. Tidak hanya sekedar merubah sebuah nama tempat, nama jalan atau lain-lainnya. Saya sangat kesulitannya ketika merekonstruksi ulang setting lokasi terlebih lagi saya belum pernah mengunjungi lokasi dalam novel.

Salah satu kesulitannya adalah ketika saya harus menganti setting lokasi yang sebelumnya berlokasi di Univ. Indonesia yang berlokasi di Depok, Jawa Barat lalu kemudian beralih ke Univ. of Saskatchewan di Saskatoon, Saskatchewan Kanada. Dengan adanya perubahan tersebut saya harus melakukan riset lagi untuk menuliskan sesuai setting asli disana meski pada akirnya dengan berat hati pula saya harus memangkas kalimat-kalimat dan paragraph-paragraf bahkan BAB yang tidak sesuai akibat perubahan setting tersebut.

Selain itu saya berusaha sebaik mungkin menyampaikan pembahasan yang tidak lazim atau bisa dikatakan lumayan BERAT dalam novel ini menjadi pembahasan yang RINGAN, sederhana, santai tanpa harus kehilangan jati diri sebenarnya dari novel ini. Sebisa mungkin saya harus mengolah bahasa dengan pas.

Dalam novel ini saya tidak mengangkat perbedaan-perbedaan dalam konteks perdebatan yang meruncing pada perpecahan, namun lebih kapada bagaimana menyikapi perbedaan dengan menjunjung tinggi nilai toleransi. Tidak dipungkiri cerita dalam novel ini bersinggungan dengan SARA namun saya berusaha semaksimal mungkin untuk menyampaikannya dengan cara yang tepat.

Setting Lokasi Dalam Novel.

Ada dua tempat yang saya jadikan sebagai setting lokasi yaitu Saskatoon, Kanada dan Teluk Kuantan, Riau. Latar belakang saya memilih Teluk Kuantan sebagai setting lokasi karena ingin memberikan warna melayu dalam novel ini. Awalnya saya bingung untuk menentukan budaya lokal budaya lokal yang cocok dengan apa yang saya inginkan yaitu daerah yang kental dengan nuansa melayu. Pertama sekali saya sempat memilih Riau sebagai setting lokasi, itu saya pilih dari diskusi dengan seorang teman yang tinggal di Riau, namun akhirnya saya mengerucutkan lagi dan lebih spesifik memilih setting lokasi yaitu di Teluk Kuantan sebagai setting daerah asal sang tokoh utamanya.

Dan efek dari perubahan itu saya harus ekstra keras memberikan warna Teluk Kuantan, selain dari Budayanya termasuk Bahasa yang digunakannya. Alhamdulillah pertolongan Allah selalu saja ada menyertai perjalanan Novel ini. Dengan bantuan seorang teman yang berdomisili di Teluk Kuantan akhirnya saya berhasil memberikan sentuhan budaya serta bahasa Teluk Kuantan.

Tidak ada alasan khusus juga mengapa akhirnya saya memilih Kanada. Alasan perubahan setting lebih kepada penyegaran saja serta menemukan hal yang baru. Dan akhirnya jadilah seperti yang ada di hadapan pembaca saat ini, Novel Embun di Atas Daun Maple, novel islami denga setting luar negeri. Setting “baru” inilah akhirnya naskah novel saya berjodoh dengan penerbit Tinta Medina (imprint creative nya Tiga Serangkai).

Dan jujur sampai saat saya menulis catatan ini, saya belum pernah ke lokasi setting di novel saya (Saskatoon & Teluk kuantan). Dengan bekal yang sangat minim dan sederhana serta tentunya karena pertolongan Allah, Alhamdulillah saya merasa telah cukup berhasil menghidupkan setting lokasai, ketika pembaca membaca novel ini, meski tetap saja masih banyak kekurangan dimana-mana.

NOVEL bertabur Puisi.

Novel ini dibuka dengan PUISI. Dan masih ada beberapa puisi lain bertebaran di bab-bab selanjutnya. Menyisipkan puisi dalam novel bagi saya bukan hal yang mudah. Bagi saya puisi dalam novel bisa menjadi pemanis dan rehat mata sejenak setelah melihat tulisan dalam paragraph-paragraf yang panjang. Namun demikian perlu dipahami juga bahwa tidak semua novel memerlukan puisi. Jika salah menempatkannya bukan menjadi pemanis malah bisa menggangu kenikmatan pembaca. Dalam novel ini, saya berusaha sebaik mungkin agar tidak menjadikan puisi tersebut sekedar tempelan semata, tetapi juga harus melihat kesesuaian dengan jalan cerita.

Based on true story?

Inspirasi saya menulis novel ini berdasarkan pengalaman pribadi ketika saya berdiskusi dengan teman-teman non Muslim selebihnya hanya bumbu-bumbu saja. Sejak awal saya ragu menuliskannya, karena pasti aka nada PRO dan KONTRA. Namun saya berpikir apapun tulisan yang kita buat saya yakin akan selalu ada PRO dan KONTRA.

Bisa dikatakan novel ini membahas tentang diskusi lintas agama dan saya paham benar konsekuensinya jika saya dengan tidak bijak menuliskannya. Saya yakin akan banyak juga dari pembaca tertentu yang menganggap novel ini terlalu SARA atau bahkan tidak masuk akal. Dengan banyak pertimbangan akhirnya saya tetap mempertahankan konsistensi saya untuk melanjutkan dan menyelesaikan tulisam ini.

Bukan tanpa sebab, tapi karena ada SESUATU yang ingin saya sampaikan melalui novel ini. Ada sesuatu yang ingin saya sampaikan, sebuah PESAN yang INSYA ALLAH bisa menjadi maslahat buat umat dan mungkin bisa menjadi sebab datangnya hidayah atau setidaknya bermanfaat dan menginspirasi bagi pembaca.

NOVEL unik dan bergizi.

Saya sangat yakin "Rasa" dari novel Embun di Atas Daun Maple akan sangat jauh berbeda dari novel religi yang juga mengusung tema yang sama, tentang diskusi lintas agama. Saya katakan demikian karena Novel yang ada di hadapan pembaca ini membahas dialog lintas agama dengan bahasan yang dalam.

Ada hal-hal baru yang akan didapat setelah membacanya. Mungkin saat pembaca memulainya dari bab awal hingga akhir, secara diam-diam akan memiliki pengalaman yang sangat luar biasa atau mungkin akan berdecak kagum. Atau entah bagaimana pembaca akan menanggapinya.

Dalam novel ini saya ingin pembaca, khususnya bagi pembaca muslim, paham dan mengetahui bahwa banyak pertanyaan UNIK dan mungkin juga sulit dijawab bahkan oleh muslim sendiri. Disinilah perbedaan novel Embun di Atas Daun Maple dengan novel-novel reliji lainnya.

Pesan Penulis.

Sebagai Pemula saya merasa sangat bahagia saat saya mengetahui novel perdana saya ini “Embun Di Atas Daun Maple Jilid” masuk sebagai nominator Buku Islam Terbaik kategori Fiksi Dewasa pada Islamic Book Award tahun 2016 bersanding dengan Penulis-penulis senior lainnya. Meski hanya masuk sebagai nominasi rasanya hal itu memberika energi tersendiri bagi saya untuk terus berbuat kebaikan dalam sebuah karya tulis.

Dalam novel Embun di Atas Daun Maple ini saya sebagai penulis ingin menyampaikan sebuah pesan sederhana bahwasanya hidayah (cahaya petunuk Tuhan) itu bukan karena bermula dari cinta kepada manusia. Bukan pula datang karena kalah berdiskusi agama. Hidayah itu dicari di hati dan ia penuh keajaiban. dan satu lagi saya ingin menyampaikan perbedaan itu bukanlah penghalang untuk berbuat kebaikan.

Bagi saya yang paling penting adalah bagaimana tulisan yang saya buat ini dapat bermanfaat tidak hanya untuk akal tapi juga bagi ruh para pembaca karena nilai-nilai yang saya sampaikan. saya tidak bisa berdakwah di depan mimbar dan mungkin dengan cara seperti ini bisa menambah tabungan akhirat saya.

Akhir kata, selamat membaca novel Embun di Atas Daun Maple dan selamat berpetualang menemukan kebaikan serta dapatkan inspirasi kebaikan di dalamnya.

(Hadis Mevlana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menembus Penerbit Mayor

Salah satu “surga” yang ada di bumi bagi saya adalah toko buku. Saya bisa betah berlama-lama sekadar melihat-lihat cover buku yang menarik....

Cari Blog Ini