Rabu, 07 November 2018

Ketika Embun Merindukan Cahaya


Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, atas limpahan kasih dan cinta yang menerangi hati dengan CAHAYA. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah mesra untuk baginda Nabi Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang setia hingga akhir zaman.

Atas izin Allah, akhirnya Sofyan dan Kiara kembali menyapa pembaca. Kali ini kisah mereka lebih berwarna. Kisah mereka terlahir tak lepas atas dukungan serta semangat dari banyak pihak. Karena jujur, novel ini dibuat tanpa ada perencanaan sebelumnya. Setelah menulis Embun di Atas Daun Maple, saya pikir kisah kisah Sofyan dan Kiara telah usai. Tak terbesit sedikit pun rencana akan dibuatkan sekuelnya. Namun, tak disangka pembaca masih penasaran dan masih ingin menikmati kisah mereka selanjutnya.

Penuh perjuangan menyusun kisah Sofyan dan Kiara hingga akhirnya menjadi jalan cerita seperti yang sekarang tercatat di setiap lembarnya. Usai menuntaskan tulisan hingga goresan huruf terakhir di cerita pun masih dipenuhi drama. Ternyata, perjalanannya tak mudah. Masih harus menunggu dalam penantian panjang untuk dipersunting penerbit yang baik. Yup, saya berdoa agar Allah hanya menerbitkan novel ini pada penerbit yang baik. Alhamdulillah, akhirnya Allah mempertemukannya.

Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mewujudkan kisah ini hingga ada di hadapan pembaca. Untuk kedua orang tua yang tak pernah putus mendoakan kebaikan dalam setiap langkah anak-anaknya. Untuk buah hati tercinta: Fathimah al-Haura Insiyah dan Muhammad Ibrahim, yang selalu memberikan semangat dalam tiap senyum dan tatapan mata mereka.

Terima kasih tak terhingga untuk para guru sekaligus sahabat yang telah memberikan semangat: Ust. Bendri Jaisyurahman, Teh Pipiet Senja, Mas Aditya Gumay. Terima kasih untuk sahabat-sahabat yang telah membantu saya dalam menghidupkan dialog tokohnya. Mas Hamdan Syakirin, untuk bahasa Kuantan-nya. Juga Mbak Nisa Wening, untuk bahasa Rusia-nya. Terima kasih untuk teman-teman PENA EMAS, terutama untuk Mbak Dania Oryzana atas diskusi-diskusi yang mencerahkan selama proses penulisan novel ini. Tak lupa juga untuk Pak Tri Sakhatmo dan Tim Tiga Serangkai yang sudah membuat novel ini sampai di hadapan pembaca, juga semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan naskah ini. Semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan yang lebih baik.

Seperti karya sebelumnya, saya yakin karya kali ini pun bukanlah karya yang sempurna. Banyak cacat cela dan kekurangan terserak di setiap katanya. Di setiap bagian cerita, saya berusaha mempersembahkan yang terbaik saja. Saya berharap setiap kalimat yang telah tersaji dapat memberikan energi positif untuk menebar manfaat serta menginspirasi kebaikan bagi setiap orang yang membacanya. Tentunya, saya berdoa sungguh-sungguh agar karya ini pun dapat menjadi salah satu pemberat timbangan amal kebaikan saya kelak di hadapan-Nya.

A M I N.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menembus Penerbit Mayor

Salah satu “surga” yang ada di bumi bagi saya adalah toko buku. Saya bisa betah berlama-lama sekadar melihat-lihat cover buku yang menarik....

Cari Blog Ini